27.12.12
Praktik pemeriksaan sisa chlor dan daya sergap chlor
pemeriksaan sisa chlor dan daya sergap chlor
Pembubuhan klor yang disebut klorinasi dlm air minum dan air tercemar dimaksudkan terutama untuk membunuh mikroba. Bila pemberiannya berlebihan, sisa Chlor akan mempengaruhi bau dan rasa air minum.
K3
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata.
Ada tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata.
25.12.12
Survei Larva Non Aedes
Materi Praktikum : Survei Larva Non Aedes yang bertempat di Selokan depan Auditorium Graha Bina Husada Yogyakarta, Rabu, 3 Oktober 2012 dengan tujuan praktikum :
1. Mampu melakukan identifikasi jenis tempat perindukan nyamuk non Aedes.
2. Mampu melakukan identifikasi jenis spesies larva non Aedes. Laporan Praktikum Survei Larva Non Aedes
1. Mampu melakukan identifikasi jenis tempat perindukan nyamuk non Aedes.
2. Mampu melakukan identifikasi jenis spesies larva non Aedes. Laporan Praktikum Survei Larva Non Aedes
24.12.12
Infeksi Torch
Infeksi Torch
TORCH juga bisa meyerang orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan jenis kelamin. TORCH bisa menyerang otak (timbul gejala sering sakit kepala misalnya), menyebabkan sering timbul radang tenggorokan (seperti yang dulu selalu penulis alami), flu berkepanjangan, sakit pada otot, persendian, pinggang, sakit pada kaki, lambung, mata, dan sebagainya. Meskipun demikian, kita tidak bisa langsung menyimpulkan seseorang pasti terkena TORCH bila menderita salah satu penyakit yang telah disebutkan di atas. Diperlukan pemeriksaan yang valid dan akurat melalui pemeriksaan darah di laboratorium, yaitu dengan mendeteksi adanya antibodi dalam darah.
Praktik DAUR ULANG KERTAS
Setiap hari kita pasti menggunakan atau paling tidak berhubungan dengan kertas. Tanpa sadar kalau perilaku boros kertas itu ternyata turut membantu laju penguranga hutan (deforestasi). Setiap 15 rim kertas ukuran A4 itu akan menebang 1 pohon. Setiap 7000 eks lempar koran yang kita baca setiap hari itu akan menghabiskan 10-17 pohon hutan. Dalam satu hari ada berapa jutaan lembar kertas yang dipakai oleh orang Indonesia, dan ini artinya ada jutaan pohon hutan yang ditebang untuk memenuhi kebutuhan itu.
Dengan menerapkan perilaku yang ramah terhadap hutan. Misalnya dengan menghemat penggunaan kertas dan melakukan daur ulang kertas , karena sekitar 70% bahan kertas adalah menggunakan kayu dari hutan.
Daur Ulang Kertas
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Kesehatan merupakan hal yang dicari
oleh semua orang. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah
suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan sosial serta bukan
hanya merupakan bebas dari penyakit. Salah satu cara menjaga agar tubuh tetap
dalam keadaan sehat adalah dengan gaya hidup yang bersih dan sehat. Mencegah
lebih baik daripada mengobati.
Perilaku Sehat adalah pengetahuan,
sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam
Gerakan Kesehatan Masyarakat.
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
Adalah wujud keberdayaan masyarakat
yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program
priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi
Kesehatan/JPKM.
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya
untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah
tangga yang melakukan 10 (sepuluh) PHBS di Rumah Tangga yaitu :
1.
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Pertolongan
pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter, bidan)
2.
Memberi ASI ekslusif
Bayi
termuda umur 0 – 6 bulan diberi ASI saja sejak lahir sampai dengan 24 jam
terakhir.
3.
Menimbang bayi dan balita
Balita
(0 – 59 bl) ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan dan dicatat
dalam KMS. Penimbangan ke posyandu, puskesmas, pustu, RS, bidan dan sarana
kesehatan lainnya minimal 8 kali setahun
4.
Menggunakan air bersih
Rumah
tangga menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Syarat fisik air
bersih adalah tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Jarak sumber air
bersih dengan tempat penampungan limbah minimal 10 m.
5.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Kebiasaan
anggota rumah tangga umur ≥ 5 th untuk mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air besar (BAB).
6.
Menggunakan jamban sehat
Rumah
tangga memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan septik tank/lubang
penampung kotoran sebagai tempat pembuangan akhir. Jamban/kakus adalah bangunan
yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia.tinja bagi
keluarga. Manfaat jamban adalah untuk mencegah penularan penyakit dan pencemaran
dari kotoran manusia.
Syarat
jamban sehat adalah :
a.
Tidak mencemari sumber air minum (jarak sumber
air minum dengan lubang penampungan minimum 10 m, bila tidak memungkinkan perlu
konstruksi kedap air).
b.
Tidak berbau dan tinja tidak dijamak oleh
serangga dan tikus.
c.
Tidak mencemari tanah di sekitarnya.
d.
Mudah dibersihkan.
e.
Aman digunakan.
f.
Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g.
Cukup penerangan.
h.
Lantai kedap air.
i.
Luas ruangan cukup.
j.
Ventilasi cukup baik.
k.
Tersedia air dan alat pembersih
7.
Memberantas jentik di rumah
Tidak
ditemukan jentik di semua tempat yang dapat menampung air baik di dalam atau di
lingkungan rumah.
8.
Makan buah dan sayur setiap hari
Anggota
rumah tangga umur > 10 th mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi
sayuran setiap hari.
9.
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktifitas
fisik yang dimaksud adalah kegiatan olah tubuh yang membuat tubuh menjadi lebih
sehat : lari, jalan, bersepeda kayuh, menimba air, dls.
10. Tidak
merokok di dalam rumah.
Program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan
suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan
(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
23.12.12
pembangunan di kota-kota besar
Pembangunan kota yang gencar dilakukan cenderung mengabaikan fungsi lingkungan hidup. Pembangunan terkesan pesat tanpa memikirkan kelestarian lingkungan.
Disadari sepenuhnya bahwa kegiatan pembangunan apalagi yang bersifat fisik dan berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam jelas mengandung resiko terjadinya perubahan ekosistem yang selanjutnya akan mengakibatkan dampak, baik yang bersifat negatif maupun yang positif. Oleh karena itu, kegiatan pembangunan yang dilaksanakan seharusnya selain berwawasan sosial dan ekonomi juga harus berwawasan lingkungan.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.
Save earth
Kita telah mengetahui Isi dari
Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 23 tahun 1997 pasal 1 yang menyebutkan
pengertian dari lingkungan hidup. “Lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.” Lingkungan hidup dimaksud dalam undang-undang
tersebut merupakan suatu sistem yang meliputi lingkungan alam
nonhayati, lingkungan alam hayati, lingkungan sosial, dan lingkungan
buatan. Semua komponen-komponen yang ada di lingkungan hidup seperti
benda, keadaan, daya, dan makhluk hidup bergabung dalam satu wadah
yang menjadi tempat berkumpulnya komponen itu yang disebut dengan ruang.
Pada ruang ini ekosistem berlangsung,
yaitu terjalinnya interaksi suatu susunan organisme hidup dimana
diantara lingkungan abiotik dan organisme yang harmonis dan stabil, saling
memberi dan menerima kehidupan.
Bumi kita ini diwariskan oleh nenek
moyang kita dalam keadaan yang sangat seimbang dan berkualitas. Nenek moyang
kita dahulu telah menjaga dan memeliharanya untuk kita sebagai pewaris bumi
selanjutnya, sehingga kita berhak dan harus mendapatkan kualitas yang sama
persis dengan apa yang telah didapatkan nenek moyang kita sebelumnya. Bumi merupakan
suatu anugerah yang tidak ternilai harganya dari Tuhan Yang Maha Esa karena
menjadi sumber dari segala kehidupan. Oleh karena itu, menjaga alam ini dan
keseimbangannya menjadi kewajiban kita semua.
Beberapa cara sederhana dapat kita
lakukan untuk mewujudkan kualitas bumi yang sama dengan apa yang telah
didapatkan nenek moyang kita sebelumnya, atau pun menyelamatkan bumi dari
keadaan yang akan lebih buruk untuk masa yang akan datang :
1. Matikan
listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan
standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak
mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil
penyumbang besar emisi).
2. Ganti
bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal,
lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3.
Bersihkan
lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4. Jika
terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk
secukupnya, sekitar 21-24o C).
5.
Gunakan
timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6.
Alihkan
panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7.
Tanam
pohon di lingkungan sekitar Anda.
8.
Jemur
pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin
(dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9.
Gunakan
kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10.
Hemat
penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11.
Say
no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika
dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang
kembali.
22.12.12
20.12.12
17.12.12
Menghitung Kepadatan Lalat
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera, yaitu insekta yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat dijumpai merata hampir diseluruh permukaan bumi. Diperkirakan diseluruh dunia terdapat lebih kurang 85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis lalat terdapat di Indonesia. Jenis lalat yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latrine (Fannia canicularis). Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan. Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan agent infection dari sumber infeksi kepada host yang rentan (Kusnoputranto, 2000).
Penularan penyakit terjadi secara
mekanis, dimana bulu–bulu badannya, kaki-kaki serta bagian tubuh yang lain dari
lalat merupakan tempat menempelnya mikroorganisme penyakit yang dapat berasal
dari sampah, kotoran manusia, dan binatang. Bila lalat tersebut hinggap ke
makanan manusia, maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan oleh
manusia sehingga akhirnya akan timbul gejala sakit pada manusia yaitu sakit
pada bagian perut serta lemas. Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat
antara lain disentri, kolera, thypus perut, diare dan lainnya yang
berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk (Depkes, 2001).
Upaya untuk menurunkan populasi lalat adalah sangat penting,
mengingat dampak yang ditimbulkan. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian
baik buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya. Dalam
menetukan kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa tepat dan
biasa diandalkan daripada pengukuran populasi larva lalat.
Untuk
mengetahui angka kepadatan lalat disuatu wilayah dilakukan dengan cara mengukur
angka kepadatan lalat. Pengukuran populasi lalat hendaknya dapat dilakukan pada
:
a. Setiap kali dilakukan pengendalian
lalat (sebelum dan sesudah)
b. Memonitoring secara berkala, yang
dilakukan setidaknya 3 bulan sekali.
Angka
rata-rata penghitungan lalat merupakan petunjuk (indeks) populasi pada suatu
lokasi tertentu. Sedangkan sebagai interprestasi hasil pengukuran indeks
populasi lalat pada setiap lokasi atau fly grill adalah
sebagai berikut :
a. 0 –
2 : Rendah atau tidak menjadi masalah
b. 3 – 5 :
Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berkembang
biakan lalat (tumpukan sampah, kotoran
hewan, dan lain-lain)
c. 6 – 20 : Tinggi/padat
dan perlu pengamanan terhadap tempat- tempat berkembang
biakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya
pengendaliannya.
d. >
21 : Sangat tinggi/sangat padat dan
perlu dilakukan pengamanan terhadap
tempat–tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan
pengendalian lalat.
Alat
dan Bahan yang digunakan untuk melakukan pengukuran kepadatan lalat yaitu :
1. Block Grill
2. Sarung
tangan
3. Masker
4. Counter
5. Alat
Tulis
6. Stopwatch
Langkah
Kerja
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Merangkai
block grill yang akan digunakan.
4. Meletakkan
block grill di titik tengah (T1) TPS,
kemudian menghitung lalat yang hinggap setiap 30 detik dan diulangi sebanyak 10
kali. Setiap pergantian waktu 30 detik tersebut, diuasahanan agar lalat hinggap
sebelumnya pergi.
5. Kemudian
memindahkan ke titik yang ke 2 (T2) dan melakukan hal yang sama seperti titik
tengah yaitu menghitung lalat yang hinggap di block grill setiap 30 detik dan diulangi sebanyak 10 kali begitu
juga dengan Titik yang ke 3 (T3), Titik ke 4 (T4), Titik ke 5 (T5).
6. Kemudian
mencatat setiap hasil dari perhitungan lalat di setiap titiknya.
Leptospirosis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit
Leptospirosis tersebar luas di seluruh
dunia, muncul di daerah perkotaan dan pedesaan baik di Negara maju maupun
Negara berkembang kecuali daerah kutub. Penyakit ini dapat terjadi sebagai
resiko pekerjaan (occupational hazard)
menyerang petani padi dan tebu, pekerja tambang, dokter hewan, peternak,
peternak sapi perah, pekerja yang bekerja di pemotongan hewan, nelayan dan
tentara ( Chin,J. 2000 ).
Leptospirosis
merupakan penyakit demam akut dengan manifestasi klinis bervariasi, disebabkan
oleh Leptospira. Leptospirosis hingga
kini masih merupakan masalah kesehatan global terutama di Negara tropis seperti
Indonesia. Leptospirosis termasuk emerging
infectious diseases dan akhir-akhir ini sering terjadi outbreaks di Nicaragua, Brasil, India, negara-negara Asia Tenggara
juga Amerika. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit ini adalah
diagnosisnya sering terlambat serta progresivitas penyakit yang sepenuhnya
belum diketahui.
Berbagai
faktor yang ikut menentukan progresivitas leptospirosis adalah: Faktor
eksternal antara lain virulensi Leptospira, sedangkan factor internal adalah:
status imun penderita. Faktor yang ikut menentukan progresivitas leptospirosis
antara lain: hemolisin, lipopolisakarida, glikoprotein, lipoprotein,
peptidoglikan, heat shock proteiuhuns,
dan flagellin. Gen hemolisin SphH dari L.
interigans strain HY-1 juga ikut berperan dalam pengendalian progresivitas
leptospirosis. Leptospira yang mengalami lisis akibat aktivitas immunoglobulin
maupun komplemen dapat menginduksi sekresi enzim, toksin, dan sitokin (IL-1,
IL-6, IL-8, TNFa) yang kemudian ikut menentukan derajat berat manifestasi
klinis (Sachro, 2002).
B. Tujuan
1. Mengetahui
apa Pengertian Leptospirosis
2. Mengetahui
apa penyebab timbulnya Leptospirosis
3. Mengetahui
bagaimana pencegahan terhadap Leptospirosis
C. Ruang Lingkup
Makalah
Leptospirosis ini merupakan ruang lingkup Mikrobiologi.
D. Manfaat
Hasil dari
makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penyakit
leptospirosis .
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Leptospirosis
Leptospirosis atau disebut sebagai Penyakit Weil, Demam Canicola,Ikterus
Hemoragika, Demam Lumpur, dan Penyakit Swineherd.
Kelompok penyakit
zoonesis yang disebabkan oleh bakteri dengan manifestasi
berubah-ubah. Ciri-ciri yang umum adalah demam dengan serangan tiba-tiba, sakit
kepala, menggigil, mialgia berat (betis dan kaki) dan merah pada conjuctiva. Manifestasi lain yang
mungkin muncul adalah demam diphasic,
meningitis, ruam (palatal exanthem),
anemia hemolytic, pendarahan di dalam kulit dan selaput lendir, gatal hepatorenol, gangguan mental dan
depresi, myocarditis dan radang paru-paru dengan atau tanpa hemopthisis. Di
daerah yang endemis leptospirosis, mayoritas infeksi tidak jelas secara klinis atau terlalu
ringan untuk didiagnosa secara pasti. Kasus sering didiagnosa salah sebagai meningitis,
ecefalitis atau influenza, bukti serologis adanya infeksi leptospira ditemukan diantara 10% kasus meningitis dan encephalitis yang tidak terdiagnosa
( Chin,J. 2000 ).
Leptospirosis adalah suatu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan bisa menyerang manusia dan hewan.
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia ( Yatim, F. 2007 ).
B. Leptospira
Leptospira
merupakan kuman bentuk spiral halus, ujung sel kuman
bengkok, bergerak aktif dan berukuran 6-20um x 0,1 um. Morfologi tersebut dapat
dilihat setelah diberikan pewarnaan Burri,
Fontana Tribondeau, Becker Krantz atau Giemsa. Gerak kuman dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
lapangan gelap. Bersifat aerob obligat dengan suhu pertumbuhan antara 28-30⁰C.
Untuk pertumbuhannya diperlukan perbenihan yang mengandung serum kelinci 10%. Leptospira dapat dibiakkan pada selaput
Korioalantois. Pembenihan yang banyak digunakan dalam leptospira antara lain perbenihan Vervoort, Noguchi, Fletcher dan Cox.
Leptospira dapat tahan lama dalam air
terutama dalam pH alkali. Secara garis besar leptospira dapat dibagi menjadi
dua spesies, yaitu Leptospira interrogans
yang patogen dan Leptospira biflexa
yang bersifat saprofit, yang terutama ditemukan pada permukaan air tawar,
jarang ditemukan pada air laut dan jarang ada kaitannya dengan infeksi pada
mamalia. Spesies yang patogen dibagi dalam 16 serogrup dimana tercakup 150
serotip (serovar). Dari banyak strain
Leptospira dapat dikstraksi lipopolisakarida yang memiliki reaktivitas grup.
C.
Penyebab
Leptospirosis
Penyebab
penyakit adalah Leptospira, anggota
dari ordo Spirochaetales. Leptospira yang menularkan penyakit
termasuk ke dalam spesies Leptospira
interregans, yang dibagi lagi menjadi berbagai serovarian. Lebih dari 200
serovarian telah diketahui, dan semuanya terbagi dalam 23 kelompok (serogroup)
yang didasarkan pada keterkaitan serologis. Perubahan penting dalam penamaan
(nomenklatur) leptospira sedang dibuat didasarkan atas keterkaitan DNA.
Serovarian yang umum ditemukan di AS adalah Icterohaemorrhagiae,
canicola, autumnalis, hebdomidis, australis dan pomona. Inggris, New Zeland dan Australia, infeksi L. Interrogans serovarian hardjo paling sering terjadi pada
manusia yang kontak dekat dengan peternakan yang terinfeksi.
Hewan
peliharaan dan binatang liar, serovarian
berbeda-beda pada setiap hewan yang terinfeksi. Khususnya tikus besar (ichterohemorrhagiae), babi (pomona), lembu (hardjo), anjing (canicola),
dan raccoon (autumnalis) di AS, babi
terbukti menjadi tempat hidup bratislava, sedangkan di Eropa badger sejenis
mamalia karnivora juga dilaporkan sebagai reservoir. Ada banyak hewan lain yang
dapat menjadi hospes alternative,
biasannya berperan sebagai carrier dalam waktu singkat. Hewan-hewan tersebut
adalah binatang pengerat laut, rusa,tupai, rubah, raccoon, mamalia laut (singa
laut). Serovarian yang menginfeksi reptile dan amfibi belum terbukti dapat
menginfeksi mamalia, namun di Babardos dan Trinidad dicurigai telah menginfeksi
manusia. Pada binatang carrier terjadi infeksi asimtomatik, leptospira ada
dua di dalam tubulus renalis binatang tersebut sehingga terjadi leptospiruria seumur hidup binatang
tersebut.
D.
Cara
Penularan
Penularan penyakit Leptospirosis melalui kontak pada kulit, khususnya apabila terluka atau
kontak selaput lendir dengan air, tanah basah atau tanaman, khususnya tanaman tebu yang
terkontaminasi dengan hewan terinfeksi, berenang, luka yang terjadi karena
kecelakaan kerja, kontak lansung dengan urin atau jaringan tubuh hewan yang
terinfeksi, kadang melalui droplet
dari cairan yang terkontaminasi. Masa inkubasi biasanya 10 hari, dengan rentang 4-19 hari.
Penularan langsung dari orang ke orang sangat jarang terjadi. Leptospira dapat dikeluarkan biasanya
dalam waktu 1 bulan, tetapi leptospiruria
telah ditemukan pada manusia dan hewan dalam waktu 11 bulan setelah menderita
penyakit akut. Pada umumnya orang rentan kekebalan timbul terhadap serovarian
tertentu yang disebabkan oleh infeksi alamiah atau (kadang-kadang) setelah
pemberian imunisasi tetapi kekebalan ini belum tentu dapat melindungi orang
dari infeksi serovarian yang berbeda.
E. Gejala Leptospirosis
Gejala
klinis berlangsung selama beberapa hari sampai 3 minggu atau lebih.
Setelah melewati masa tunas antara 10-12 hari, penderita dapat terkena demam
mendadak dan mengigil, sakit perut dan muntah-muntah. Penderita mengeluh sakit
otot, sakit kepala hebat dan epistaksis, mungkin dapat ditemukan
konjungtivitis. Hati dapat membengkak, pada 50 % dari kasus ijumpai ikterus
pada hari ke-5. Pada hepatitis karena leptospira
ini sering kali disertai dengan peningkatan serum kreatin fosfokinase (pada
hepatitis virus kadarnya normal). Pada minggu pertama sakit, leptospira dapat
dijumpai di seluruh tubuh penderita, hal ini dapat dibuktikan dengan cara
inokulasi darah penderita pada marmot. Pada minggu ke-2 leptospira mulai menyerang ginjal dan pada akhir minggu ke-2 dapat
ditemukan dalam urin. Leptospira dalam
urin dapat dijumpai pada hari ke-40. Kerusakan pada ginjal dapat menyebabkan
gagal ginjal dan berakibat fatal, mungkin perlu dianalisis. Jika susunan syaraf
pusat terkena, dapat menimbulkan timbulnya gejala meningitis atau ensefalitis.
F.
Diagnosa
Leptospirosis
Jenis leptospira yang berbeda sehingga tes
serologi harus menggunakan panel yang khusus untuk mendiagnosa leptospira di suatu daerah tertentu.
Kesulitan dalam mendiaknosa penyakit ini menyulitkan upaya pemberantasan
sehingga sering menyebabkan peningkatan angka kematian karena penderita
cenderung menjadi berat karena tidak dilakukan diagnosa dan pengobatan yang
tepat. Untuk bahan pemeriksaan yang berupa darah dan
likuor serebrospinalis, leptospira dapat ditemukan pada minggu
sakit yang pertama. Leptospira dapat
ditemukan dalam urin mulai akhir minggu pertama sampai hari ke-40.
Pemeriksaan serologi sangat penting
untuk diagnosis leptospirosis. Pada umumnya antibodi baru ditemukan setelah
hari ke-7 atau ke-10. Titernya akan selalu meningkat dan akan mencapai
puncaknya pada minggu sakit yang ke-3 atau ke-4, namun hasil tes serologi
bergantung kepada jumlah strain leptospira yang di pergunakan untuk memeriksa
serum penderita. Titernya dimulai dari 1/10.000ke atas. Untuk tes serologi ini
dapat digunakan cara aglutinasi mikroskopis atau makroskopis, atau tes
hemaglutinasi. Imunitas yang timbul setelah infeksi bersifat spesies spesifik
terhadap serotip tertentu. Imunitas akan menetap bertahun-tahun.
G.
Cara
Pencegahan
Berbagai cara dapat dilakukan untuk
mencegah penularan penyakit Leptospirosis yaitu
:
1. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan
a.
Beri penyuluhan kepada
masyarakat tentang cara-cara penularan penyakit ini. Jangan berenang atau
menyeberangi sungai yang airnya diduga tercemar oleh leptospira, dan gunakan alat-alat pelindung yang diperlukan apabila
harus bekerja pada perairan yang tercemar.
b.
Lindungi para pekerja yang
bekerja di daerah yang tercemar dengan perlindungan secukupnya dengan
menyediakan sepatu boot, sarung tangan dan apron.
c.
Kenali tanah dan air yang
berpontesi terkontaminasi dan keringkan air tersebut jika kemungkinan.
d.
Berantas hewan-hewan
pengerat dari lingkungan pemukiman terutama di pedesaan dan tempat-tempat
rekreasi. Bakar ladang tebu sebelum panen.
e.
Pisahkan hewan peliharaan
yang terinfeksi; cegah kontaminasi pada lingkungan manusia, tempat kerja dan
tempat rekreasi oleh urin oleh urin hewan yang terinfeksi.
f.
Pemberian imunisasi kepada
hewan ternak dan binatang peliharaan dapat mencegah timbulnya penyakit, tetapi
tidak mencegah terjadinya infeksi leptospiruria.
Vaksin harus mengandung strain domain dari leptospira di daerah itu.
g.
Imunisasi diberikan kepada
orang yang karena pekerjaannya terpajan dengan leptospira jenis serovarian
tertentu, hal ini dilakukan di Jepang, Cina, Itali, Spanyol, Perancis, dan
Israel.
h.
Doxycycline
telah terbukti efektif untuk mencegah leptospirosis pada
anggota militer dengan memberikan dosis oral 200mg seminggu sekali selama masa
penularan di Panama.
2. Pengawasan
penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya
a.
Laporan kepada instansi
kesehatan setempat: pelaporan kasus diwajibkan di banyak negara bagian (AS) dan
negara lain di dunia, klasifikasi 2B (lihat tentang laporan penyakit menular).
b.
Isolasi: tindakan
kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh.
c.
Disinfeksi serentak:
dilakukan terhadap benda yang tercemar dengan urin.
d.
Karantina: tidak dilakukan.
e.
Imunisasi terhadap kontak: tidak
dilakukan.
f.
Investigasi orang-orang yang
kontak dan sumber infeksi: selidiki adanya hewan-hewan yang terinfeksi dan air
yang terkontaminasi.
g.
Pengobatan spesifik:
penisilin, cephalosporin lincomycin
dan erythromycin menghambat
pertumbuhan leptospira invitro. Doxycyline
dan penisilin G dikatakan terbukti masih efektif dalam percobaan Double Blind Placebo Controlled trials penisilin
G dan amoksisilin terbukti masih efektif walaupun diberikan dalam 7 hari sakit.
Namun pengobatan yang tepat dan sedini mungkin sangatlah penting. Belakangan
setelah dilakukan telah secara sistematik terhadap berbagai uji coba randomized control trials terhadap
berbagai antibiotika dapat menurunkan angka kematian leptospirosis. Namun
pengobatan yang tepat dan cepat (< 5 hari sakit), dapat mengurangi lamanya
perawatan di rumah sakit. Penisilin (1,2gr benzyl
penicillin IV atau IM setiap 4-6 jam) cukup efektif untuk kasus berat
walaupun diberikan 7 hari sakit.
3. Penanggulangan
wabah
Mencari
sumber infeksi seperti kolam renang yang terkontaminasi dan sumbe air
lainnya;menghilangkan kontaminasi atau melarang penggunaannya. Menyelidiki
sumber penyakit dan lingkungan pekerjaan, termasuk mereka yang kontak langsung
dengan hewan.
4. Implikasi
bencana
Potensi
untuk terjadi penularan dan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada saat terjadi banjir
yang menggenangi daerah sekitarnya.
5. Tindakan
internasional
Manfaatkan
pusat kerjasama World Health Organization (WHO).
Langganan:
Postingan (Atom)
Yolamba Ervina
Archive
-
▼
2012
(13)
-
▼
Desember
(13)
- praktik pemeriksaan angka kuman makanan
- Praktik pemeriksaan sisa chlor dan daya sergap chlor
- K3
- Survei Larva Non Aedes
- Infeksi Torch
- Praktik DAUR ULANG KERTAS
- PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
- pembangunan di kota-kota besar
- Save earth
- bioassay dan susceptibillity
- Sampah di Indonesia
- Menghitung Kepadatan Lalat
- Leptospirosis
-
▼
Desember
(13)